Pengurangan jumlah mata pelajaran untuk berbagai tingkatan sekolah
baik Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) akan
dilakukan sebagai salah satu bagian dari perombakan kurikulum. Meski
jumlah mata pelajaran berkurang, durasi belajar anak di sekolah justru
akan ditambah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh,
mengatakan bahwa penambahan jam belajar pada siswa dari berbagai jenjang
ini masih masuk akal dan dinilai tidak akan memberatkan para siswa.
Pasalnya, durasi belajar di Indonesia masih terbilang singkat
dibandingkan negara lain.
"Memang berdasarkan perbandingan dengan
negara lain, jam belajar di sekolah untuk Indonesia cukup singkat.
Apalagi untuk anak usia 7 sampai 8 tahun. Dalam sehari kisarannya hanya
sekitar 4 sampai 5 jam," kata Nuh, saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud,
Jakarta, Selasa (13/11/2012).
"Sebenarnya dengan Finlandia, kita
tidak jauh berbeda. Tapi dia menambah dengan tutorial. Jadi tiap anak
atau beberapa anak diberi tutor untuk belajar di luar sekolah," imbuh
Nuh.
Penambahan jam belajar ini, lanjutnya, juga mengikuti pola
baru dalam kurikulum yang akan diberlakukan pada Juni 2013 nanti.
Anak-anak akan diberi ruang seluas-luasnya untuk melakukan observasi dan
memperdalam ilmu dengan mencari tahu melalui praktik ringan.
"Biasanya
siswa diberitahu, sekarang siswanya didorong untuk mencari tahu. Ini
tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat," ujar Nuh.
Dengan
demikian untuk jenjang SD dengan konten enam mata pelajaran, jam belajar
akan ditambah sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Untuk SMP dengan
10 mata pelajaran, ditambah menjadi enam jam pelajaran per minggu.
Sementara untuk SMA tidak banyak mengalami perubahan untuk jumlah mata
pelajaran dan jam belajar.
"Jadi kalau jenjang SD, untuk tahun
ajaran berikutnya minimal jam belajar di sekolah itu 30 jam per minggu.
Rata-rata paling tidak sampai 35 jam per minggu. Sebelumnya kan hanya
26-28 jam per minggu," tandasnya.
@syarofi
No comments:
Post a Comment